Kamis, 23 Juni 2011

Kalium Permanganat (PK)

Kalium Permanganat (PK)

Kalium permanganat (PK) merupakan oksidator kuat yang sering digunakan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit  dan infestasi bakteri terutama pada ikan-ikan dalam kolam.  Meskipun demikian untuk pengobatan ikan-ikan akuarium tidak sepenuhnya dianjurkan karena diketahui banyak spesies ikan hias yang sensitif terhadap bahan kimia ini.  
Bahan ini diketahui efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur.  Meskipun demikian,  penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat keracunannya hanya sedikit lebih tinggi saja dari tingkat terapinya. Oleh karena itu,  harus dilakukan dengan dosis yang tepat. Tingkat keracunan PK secara umum akan meningkat pada lingkungan akuarium yang alkalin.    Potasium permanganat tersedia sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet. 
Kalium permanganat (KMnO4) merupakan alkali kaustik yang akan tersdisosiasi dalam air membentuk ion permanganat  (MnO4-) dan juga mangan oksida (MnO2) bersamaan dengan terbentuknya molekul oksigen elemental.  Oleh karena itu, efek utama bahan ini adalah sebagai oksidator.
Dilaporkan bahwa  permanganat merupakan bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi.  Beberapa literatur menunjukkan bahwa mangan oksida membentuk kompleks protein pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip, juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit ikan yang akhirnya menyebabkan mereka mati.
Berbagai review dalam berbagai literatur menunjukkan bahwa kalium permangat dapat membunuh Saprolegnia, Costia, Chilodinella, Ich, Trichodina, Gyrodactylus dan  Dactylogyrus, Argulus, Piscicola, Lernea, Columnaris dan bakteri lainnya seperti Edwardsiella, Aeromonas, Pseudomonas, plus Algae dan Ambiphrya.
Mekipun demikian Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan respon apabila PK digunakan dalam perendaman  (dengan dosis: 10-25 ppm selama 90 menit). Begitu pula dengan Costia dan Chilodinella, dilaporkan resiten terhadap PK, kecuali apabila PK digunakan sebagai terapi perendaman.  
Kalium permangat sebagai terapi perendaman bersifat sangat kaustik, hal ini dapat menyebabkan penggumpalan nekrosis (ditandai dengan memutihnya jaringan yang mati) pada sirip.  Kerusakan insang juga dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan beberapa minggu kemudian setelah dilakukan terapi perendaman. Ikan mas koki, diketahui lebih sensitif terhadap PK sebagai terapi perendaman dibandingkan dengan spesies lainnya.  Dengan alasan-alasan seperti itu, maka sering tidak direkomendasikan  untuk menggunakan PK sebagai terapi perendaman, dan juga karena efek terapeutiknya tidak lebih baik dibandingakan dengan terapi terus-menerus dengan dosis 2 - 4 ppm. 
Kalium permanganat sangat efektif dalam menghilangkan Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus dapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup. Penularan kembali masih dapat terjadi, oleh karena itu, direkomendasikan untuk mengulang kembali perlakuan 2-3 hari kemudian dengan dosis 2 ppm. 
Beberapa khasiat lain dari Kalium permangat yang dilaporkan diantaranya          adalah: sebagai disinfektan luka, dapat mengurangi aeromanoas (hingga 99%) dan bakteri gram negatif lainnya, dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai infeksi sekunder pada Ulcer,  dan tentu saja sebagai oksidator yang akan mengkosidasi bahan organik.
Beberapa aplikasi lain yang biasa dilakukan oleh para hobiis dan akuakulturis adalah menggunakannya dalam proses transportasi ikan.  Konsentrasi kurang dari 2 ppm diketahui dapat mengurangi resiko infeksi Columnaris dan infeksi bakteri lainnya, serta membatasi dan menghentikan parasit yang sering menyertai ikan dalam proses transportasi.  Begitu juga transportasi burayak dilaporkan aman dengan perlakuan kalium permanganat dibawah 2 ppm.  Meskipun demikian untuk burayak dalam kolam tidak dianjurkan untuk menggunakan perlakuan kalium permanganat.  Hal ini tidak ada hubungannya dengan keracunan yang mungkin terjadi pada burayak, tetapi efeknya justru terhadap kemungkinan berkurangnya fitoplankton dan makrofit  yang dapat menyebabkan burayak menderita kelaparan.
Untuk jenis Catfish, perlakuann kalium permanganat sering dianjurkan untuk dilakukan pada konsentrasi diatas 2 ppm.  Meskipun demikian dosis yang aman adalah 2 ppm.
Fungsi lain dari kalium permanganat dalam akuakultur adalah sebagai antitoxin terhadap  aplikasi bahan-bahan beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin sering digunakan sebagai bahan piscisida, yaitu bahan untuk membunuh ikan hama atau ikan lain yang tidak dikehendaki.  Alih-alih menunggu bahan ini netral secara alamiah dalam waktu tertentu, kalium permanganat digunakan untuk segera menetralkan kedua bahan tersebut. Konsentrasi 2-3 ppm selama 10-20 jam diketahui cukup untuk menetralisir residu Rotenone atau Antimycin.  Pendapat lain menyatakan bahwa dosis PK sebaiknya diberikan setara dengan dosis piscisida yang diberikan, sebagai contoh apabila Rotenone diberikan sebanyak 2 ppm, makan untuk menetralisirnya PK pun diberikan sebanyak 2 ppm.
Prosedur Perlakuan PK (untuk jamur, parasit, dan bakteri)
Pertama by pass filter biologi. PK dapat membunuh bakteri dalam filter biologi. Kedua pastikan bahwa aliran air dan aerasi bekerja optimal, karena pada saat molekul-molekul oragnik teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung keruh dan oksigen terlarut menurun.  Ketiga berikan dosis sebanyak 2-4 ppm.
Dosis 2 ppm diberikan pada ikan-ikan muda atau ikan-ikan yang tidak bersisik.  Sedangkan dosis 4 ppm diberlakukan pada ikan-ikan bersisik. Selang dosis tersebut tidak akan merusak tanaman, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman dari hama dan penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya.
Sebagai gambaran umum satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6 gram.  Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan apabila timbangan tidak tersedia.
Perlakuan biasanya dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan.  Karena hal ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi.     Setelah perlakuan dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu pemulihan warna air.

Sifat Fisika dan KimiaTampilan: 

kristal berwarna ungu
Bau:tidak berbau
Kelarutan: 7g dalam 100 g air
Berat jenis: 7
pH: tidak ada informasi
Volatilasi (21°C): 0
Titik didih: N/A
Titik Cair: 240°C
Tekanan Uap: Tidak ada informasi
Laju Penguapan: Tidak ada informasi
Peringatan:
Jangan sampai kontak dengan pakaian dan bahan lain yang mudah terbakar. Simapan dalam tempat tertutup rapat. Jangan simpan didekat benda mudah terbakar.
Cuci segera pakaian yang terkena. Jangan terkena mata atau kulit. Jangan hirup debu PK.  Cuci tangan setelah menggunakan.
Pertolongan Pertama:
Apabila terkena mata atau kulit. Segera siram mata dan kulit dengan air yang banyak selama 15 menit.  Apabila terhirup segera pindahkan korban ke udara bersih; apabila tidak dapat bernapas beri pernapasan buatan; apabila kesulitan bernapas beri oksigen. Apabila tertelan: Jangan rangsang agar muntah,  minum air yang banyak. Segera kontak dokter.
Sumber : O-FISH

Rabu, 08 Juni 2011

Pemanfaatan Bakteri Probiotik dalam Budidaya Ikan

PROBIOTIK AKUAKULTUR :
Mikroba hidup yang memiliki efek positif pada inang, melalui modifikasi komunitas mikroba yang berasosiasi dengan inang, dengan peningkatan pemanfaatan atau kualitas nutrien pakan, perbaikan respon inang terhadap penyakit, atau perbaikan kualitas lingkungannya.

MANIPULASI KOMUNITAS MIKROBA DALAM BUDIDAYA TUJUAN :
- Penanggulangan penyakit
- Peningkatan pertumbuhan
- Peningkatan hasil panen
- Kesinambungan sistem
- Penyelamatan ekosistem

Probiotik :
- Probiotik(dalam akuakultur): penambahan mikroba hidup yang bersifat menguntungkan bagi inang dengan cara :
   - memodifikasi hubungan mikroba dengan inang maupun lingkungan,
   - meningkatkan respon inang terhadap penyakit, atau
   - meningkatkan kualitas lingkungan.
- Penambahan bakteri probiotik : mencegah patogen agar tidak memperbanyak diri di saluran pencernaan, struktur luar, dan dalam media pertumbuhan spesies kultur. Mengoptimalkan penyerapan makanand engan membantu dalam proses pencernaan, meningkatkan kulitas lingkungan, dan menstimulasi sistem imun inang. - Bakteri menghasilkan nutrisi essensial(protein sel tunggal) pada inang namun tidak berbahaya bagi inang serta tidak berinteraksi dengan bakteri lain dan lingkungan inang.

MEKANISME PROBIOTIK HASIL PENELITIAN :
- Penekanan patogen ikan
- Peningkatan kesintasan larva
- Peningkatan penyerapan pakan (protease)
- Peningkatan laju pertumbuhan
- Stimulasi sistim imun ikan
- Peningkatan kualitas air (ammonia)
- Produksi pakan hidup
- Pengaruh terhadap mikroflora pencernaan larva

PREBIOTIK :
Komponen pakan non-digestible yang merupakan suplemen makanan mikrobial dan menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas satu atau sejumlah spesies/ jenis bakteri dalam sistem pencernaan hewan inang(ikan/udang) sehingga meningkatkan daya tahan tubuhnya terhadap mikroorganisme patogen.








Sumber : Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB – VEDCA – SEAMOLEC, 2009

Senin, 06 Juni 2011

Budidaya Ikan

Seputar Ilmu Budidaya Ikan yang cukup mudah dimengerti dapat Anda lihat pada web: Budidaya Ikan untuk SMK /oleh Gusrina ---- Jakarta Jilid I, Jilid II, Jilid III : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Selasa, 17 Mei 2011

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kualitas Sperma pada Ikan

1. Faktor-faktor dari Pejantan :
a. Fotoperidisitas dan temperature pada masa pemeliharaan Pejantan.
b. Nutrisi (kualitas dan kuantitas pakan).
c. Ada / tidaknya pencemaran pada air dan pakan.
d. Stres pada Pejantan.
e. Umur dan musim pemijahan secara alami.
f. Penyakit.
g. Induksi Hormonal untuk memacu pengeluaran sperma Pejantan.

2. Pengaruh Langsung Pada saat terjadinya Pembuahan :
a. Kontaminasi urine terhadap cairan sperma Pejantan (terutama pada sistem pemijahan buatan).
b. Motilitas / keaktifan sperma.
c. Temperatur selama pembuahan.

Senin, 11 April 2011

PAKAN ALAMI DALAM BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

PAKAN ALAMI DALAM BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

Budidaya ikan air tawar sekarang telah menjadi sebuah kegiatan agribisnis yang tak terpisahkan dengan industri pakan ikan. Hingga ikan mas, lele, nila (mujair), bawal air tawar, patin (pangasius), gurami dan terakhir yang sedang trend adalah udang galah; semuanya sangat tergantung pada pakan buatan industri besar. Pakan ikan air tawar tersebut sebenarnya sama dengan pakan untuk unggas, yang di kalangan peternak/petani ikan dikenal dengan nama pelet. Kisaran harga pelet, saat ini antara Rp 2.000,- sd. Rp 3.000,- per kg. Komponen biaya pakan dalam budidaya ikan air tawar mencapai 70% dari seluruh komponen biaya. Hingga petani ikan yang ingin meningkatkan keuntungannya, pertama-tama harus melakukan penghematan pada komponen biaya pakan.

Cara penghematan pakan ikan, selama ini dilakukan oleh petani dengan berbagai cara. Gurami diberi pakan hijauan berupa daun keladi (sénţé). Sampai sekarang, pemilik empang di pedesan Jawa Barat dan Jawa Tengah, masih memanfaatkan tinja sebagai pakan tambahan bagi ikan mas piaraan mereka. Meskipun ikan dari empang demikian dengan WC umum demikian, volumenya sangat kecil hingga tidak pernah sempat masuk pasar. Para peternak lele dan patin, biasa meramu pakan sendiri dari dedak halus, ampas tahu, tepung tapioka, tepung jagung dan daging ayam mati dari peternakan. Bahan tersebut dicampur, diberi air, digiling, ditambah vitamin dan dikukus. Bahan-bahan lain seperti pupa (kepompong) ulat sutera, cacing, siput, bekicot dll. juga mereka manfaatkan untuk bahan pakan tambahan.

Para petani tambak bandeng, selama ini sudah terbiasa memanfaatkan plankton yang mereka sebut "klékap" sebagai bahan pakan alami bagi bandeng mereka. Proses penumbuhan plankton harus dilakukan dengan pengeringan kolam, empang atau tambak. Pengeringan biasanya dilakukan sekalian dengan pengerukan lumpur yang digunakan untuk memperkuat dan marapikan tebing serta pematang. Proses pengeringan ini bisa berlangsung antara 1 minggu sd. 1 bulan, tergantung intensitas sinar matahari. Fungsi pengeringan selain untuk proses penumbuhan plankton, juga agar hama dan bibit penyakit ikan mati. Terutama penyakit akibat bakteri dan virus. Sebab air yang tergenang terlalu lama, potensial untuk menumbuhkan plankton, sekaligus juga virus dan bakteri pengganggu ikan. Para petani tambak biasa menggunakan tembakau dan biji teh untuk membunuh bakteri, virus dan hama lain pengganggu tambak.

Selain pengerukan lumpur, kalau perlu juga dilakukan pencangkulan dan pembajakan dasar kolam. Setelah kolam benar-benar kering dan rapi, ditaburkan pupuk kandang dan urea. Dosisnya seperti kalau menanam padi. Misalnya pupuk kandangnya 5 ton per hektar dengan urea 1 sd. 2 kuintal. Untuk lebih meningkatkan kesuburan air kolam, bisa ditambahkan pula zat perangsang tumbuh (ZPT) seperti Atonik atau Dekamon. Setelah itu tambak digenangi air. Kalau tambak air payau, maka yang digenangkan air tawar (dari sungai) dicampur dengan air laut. Kalau kita akan memelihara ikan air tawar, maka air yang digenangankan hanya air tawar. Selanjutnya kolam atau tambak dibiarkan terkena sinar matahari sampai menjadi hijau. Proses ini bisa berlangsung dari satu minggu sampai satu bulan, tergantung dari intensitas sinar matahari dan tingkat kesuburan air.

Kolam yang sudah hijau ini telah dipenuhi dengan ganggang (algae) yang oleh masyarakat luas sering disebut salah (salah kaprah) sebagai "lumut" . Ada banyak ragam algae, mulai dari ganggang biru (Cyanophyta), ganggang hijau (Chlorophyta), ganggang cokelat (Dinophyceae), ganggang kuning (Chrysophyceae), ganggang merah (Rhodophyceae) dan ganggang kersik (Diatomeae). Hingga sebenarnya, warna air yang subur, akan sangat tergantung dari jenis algae yang tumbuh di sana. Namun pada umumnya yang paling banyak tumbuh di kolam ikan adalah ganggang hijau. Selain ditumbuhi algae, kolam yang subur juga akan dihuni cacing, jentik nyamuk, larva capung, kumbang air, kepik, kutu air dll. Kumpulan algae dan macam-macam hewan renik (mikro) inilah yang di kalangan peternak ikan disebut sebagai plankton.

Kesuburan kolam demikian, akan tetap terjaga apabila aliran air tidak cukup deras. Apabila aliran air cukup deras, maka algae dan macam-macam hewan renik itu tidak akan mampu tumbuh dengan baik hingga membentuk koloni. Misalnya di kolam air deras. Bahkan pemeliharaan ikan di karamba, baik karamba sungai, danau, waduk maupun laut, juga sulit untuk memanfaatkan pakan alami berupa algae dan hewan renik. Sebab air dalam karamba merupakan satu kesatuan dengan seluruh volume air dalam kali, danau, waduk atau laut. Pemeliharaan ikan dalam karamba di danau Toba yang sangat luas itu pun, telah mengakibatkan ekosistem perairan alam menjadi rusak. Sebab jumlah karamba dan populasi ikan tidak pernah dihitung dengan baik, hingga memenuhi syarat maksimal daya dukung danau tersebut. Akibat banyaknya karamba di danau Toba, kotoran ikan serta pakan yang tidak termakan mengendap di dasar perairan, membusuk dan mencemari air danau.

Rekayasa air untuk memproduksi pakan alami dalam budidaya ikan, hanya bisa dilakukan pada kolam, empang atau tambak yang debit airnya bisa diatur. Debit yang konstan ini akan mengakibatkan pertumbuhan plankton menjadi optimal. Namun juga ada bahayanya apabila debit airnya sangat kecil. Pada siang hari algae, terutama ganggang hijau, akan memproduksi oksegen yang cukup banyak bagi kebutuhan seluruh ikan atau udang dalam tambak tersebut. Tetapi pada malam hari fotosintesis terhenti. Padahal algae itu pada malam hari juga memerlukan oksigen meskipun dalam volume yang sangat kecil. Akibatnya pada malam hari kolam, empang atau tambak tersebut akan kekurangan oksigen. Lebih-lebih kalau padat penebarannya tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, para petambak dan petani ikan memanfaatkan kuncir air untuk meningkatkan ketersediaan oksigen. Selain dengan kincir air, untuk mengatasi kekurangan oksigen ini bisa dilakukan pula penambahan debit air apabila sumbernya memungkinkan. Apabila tidak mungkin, bisa dilakukan rotasi dengan menggunakan pompa serta filter.

Meskipun kita telah berhasil meningkatkan kesuburan air kolam secara optimal, namun pemeliharaan ikan dengan memanfaatkan pakan alami 100%, juga tidak akan ekonomis. Sama tidak ekonomisnya dengan apabila kita hanya mengandalkan pakan buatan 100%. Sebab apabila yang dipelihara ikan carnivora, seperti lele, gabus, patin dll, maka mereka akan kanibal. Hingga populasi ikan akan meyusut dengan sangat drastis. Contohnya adalah pemeliharaan belut di dalam bak atau drum yang diberi lumpur, batang pisang, pupuk kandang dll. hingga tingkat kesuburannya sangat tinggi. Ke dalam bak tersebut kemudian kita lepaskan 100 ekor anak belut, tanpa kita beri tambahan pakan apa pun. Setelah tiga bulan bak atau drum itu dibongkar, maka yang tersisa hanya sepasang belut jantan dan betina. Belut lain sudah saling makan hingga yang tinggal hanya dua ekor itu saja. Lain halnya kalau ke dalam bak atau drum belut itu tiap tiga hari sekali kita benamkan bangkai ayam, bebek atau telur-telur yang tidak menetas yang telah direbus terlebih dahulu. Dalam jangka waktu hanya dua bulan, 100 ekor anak belut itu sudah akan berubah menjadi belut dengan ukuran satu jari orang dewasa dan gemuk-gemuk.

Ke dalam kolam yang paling subur sekalipun, sebaiknya tetap perlu ditambahkan pakan alami lain. Bagi ikan-ikan karnivora, perlu diberikan cacing, bekicot, bangkai ayam dll dalam volume yang sesuai dengan populasi ikan yang ditebar. Kalau yang dipelihara ikan-ikan herbivora, misalnya gurami, maka perlu ditambahkan daun-daunan dalam jumlah cukup. Pakan alami ini selain mampu meningkatkan keuntungan karena bisa mengurangi kebutuhan pakan pabrik, sekaligus juga akan meningkatkan kualitas daging ikan. Gurami yang hanya diberi pelet misalnya, kualitas dagingnya akan lembek dan kurang padat. Dengan dipelihara di kolam yang subur, dengan pakan tambahan berupa daun keladi, maka kualitas dagingnya akan makin padat. Kualitas daging ikan ini akan berpengaruh pada harga jual produk akhirnya berupa ikan konsumsi.

Pada pemeliharaan udang galah misalnya, tingkat kesuburan kolam akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan dan konversi pakan. Namun khusus dalam pemeliharaan udang galah, terutama dengan tingkat penebaran tinggi, penggunaan tali, misalnya tali rafia yang direntangkan di seluruh kolam, akan meningkatkan produksi. Sebab kebiasaan udang agak berbeda dengan ikan. Udang tidak biasa berenang melainkan merayap. Di alam, udang akan merayap pada tumbuhan air, akar tanaman dll. Tanpa adanya tanaman air, udang hanya akan merayap pada dasar kolam. Aktivitas udang dengan populasi padat di dasar kolam itu, akan mengakibatkan tingginya tingkat kanibalisme. Dengan adanya tali-tali yang terentang di kolam, maka tingkat kanibalisme bisa diturunkan. Dengan kolam yang kesuburannya optimal, maka hewan renik dan algae akan ikut mempercepat pertumbuhan udang. Selain pakan buatannya bisa dihemat, kualitas daging udangnya juga akan lebih baik.

Pada ikan-ikan karnovora, misalnya belut, pencegahan kanibalisme bisa dilakukan dengan menaruh buluh bambu atau potongan pipa PVC (pipa pralon) di sepanjang pinggir kolam. Ikan-ikan karnovora seperti belut, sidat, lele dan gabus akan senang bersembunyi di buluh bambu atau potongan pralon tersebut, hingga tingkat kanibalismenya akan turun. Kalau suplai cincangan cacing. bekicot atau bahan hewani lainnya cukup, maka kolam yang subur tersebut akan mampu mempercepat pertumbuhan ikan karnivora mencapai optimal. Kecuali lele dan patin, ikan karnivora seperti gabus, betutu, sidat dan belut agak sulit untuk mengkonsumsi pelet. Karenanya, kolam yang subur dengan suplai pakan tambahan berupa limbah pemotongan hewan menjadi mutlak diperlukan.

SUMBER : FORUM KERJASAMA AGRIBISNIS

Jumat, 08 April 2011

PEDOMAN CPIB


PEDOMAN CPIB

1.       LOKASI
Lokasi budidaya harus tidak menimbulkan bahaya keamanan pangan,  akibat kondisi sekitar, baik air pasok maupun pencemaran udara.
Unit usaha budidaya berada pada lingkungan yang sesuai, di mana resiko keamanan pangan dari bahaya kimiawi, biologis dan fisik diminimalisir.
- Tidak ada sejarah banjir (banjir dapat membawa resiko kontaminasi)
- Tidak ada bukti bahwa tanah dasar mengandung bahan kimia atau kandungan lain, yang mungkin mengakibatkan tingkat kontaminasi yang tidak dapat diterima (sebelumnya digunakan untuk industri)
- Jauh dari berbagai sumber polusi, seperti perumahan, industri, pertanian atau peternakan

2.       SUPLAI AIR
Air pasok untuk budidaya harus tidak menimbulkan bahaya keamanan pangan.
Unit usaha mempunyai sumber air pasok yang baik dan terhindar dari sumber polusi
- Lokasi dekat dengan laut, sungai atau kanal dan mempunyai akses yang mudah untuk kecukupan air yang berkualitas sepanjang tahun;
- Tidak ada endapan lumpur budidaya yang dibuang ke perairan alam, termasuk dari unit usaha;
- Saluran air pasok, baik di tambak maupun di luar tambak, tidak melalui area di mana terdapat resiko kontaminasi;
- Endapan lumpur dibuang dengan kanal terpisah dan aman untuk menghindari polusi dari dalam;
- Air limbah tidak digunakan untuk budidaya;
- Mempunyai tindakan pengelolaan (contoh: tandon penampungan) untuk meningkatkan / perlakuan air masuk.

3.       TATA LETAK DAN DESAIN
Unit Usaha Budidaya didesain dengan baik, dimana tata letak yang dapat meminimalkan resiko yang berhubungan dengan kontaminasi
Area usaha budidaya hanya digunakan untuk pembudidayaan ikan
- Unit usaha budidaya seharusnya mempunyai desain yang baik, dengan tata letak yang meminimalkan resiko yang berhubungan dengan kontaminasi
- Wadah budidaya harus berada di lokasi yang jauh dari peternakan untuk meminimalkan bahaya pencemaran limbah ternak.
- Tidak ada bukti adanya peternakan (sapi, unggas, dsb) atau limbah yang mengontaminasi fasilitas budidaya ikan.
Unit usaha budidaya mempunyai desain & tata letak yang dapat mencegah kontaminasi silang
- Tata letaknya baik, area untuk wadah budidaya, tandon penyimpanan air, tandon pengelolaan air, atau area pembuangan lumpur dan bangunan gudang serta fasilitas lain.
- Tata Letak dapat menjamin kemungkinan kontaminasi dan kontaminasi silang telah dikendalikan.
- Tinggi pematang kolam/tambak cukup untuk menghindari kontaminasi
Toilet, septic tank, gudang dan fasilitas lainnya terpisah dan tidak berpotensi mengontaminasi produk budidaya.
- Mempunyai toilet dalam kondisi bersih, dan  tidak berada di area yang mungkin dapat mengontaminasi produk.
- Menggunakan septic tank.
- Drainase dari toilets/kamar mandi diberikan perlakuan khusus dan tidak dibuang  ke saluran air masuk maupun sistem drainase.
Unit budidaya memiliki fasilitas pembuangan limbah cair/padat  yang di area yang sesuai
Tersedia fasilitas pembuangan sampah/limbah dan ditempatkan di lokasi yang tidak menyebabkan resiko kontaminasi pada wadah budidaya, area panen/penanganan hasil, pemberian pakan maupun fasilitas lain.
Wadah budidaya (karamba, jaring) didesain dan dibangun agar meminamilisir kerusakan fisik ikan selama pemeliharaan dan panen 
- Perlengkapan seperti karamba dan jaring di-desain dan dibangun untuk menjamin minimalisir kerusakan fisik ikan selama proses pembesaran dan panen
- Kemungkinan besar tidak berlaku untuk udang atau kolam ikan

4.       KEBERSIHAN FASILITAS DAN PERLENGKAPAN
-          Unit usaha budidaya dan lingkungannya dijaga kondisi kebersihan dan higienis
-          Dilakukan tindakan pencegahan terhadap binatang & hama penyebab kontaminasi
-          BBM, bahan kimia (desinfektan, pupuk, reagen), pakan dan obat ikan disimpan dalam tempat yang terpisah dan aman.
-          Wadah, perlengkapan & fasilitas budidaya dibuat dari bahan yg tidak menyebabkan kontaminasi.
-          Fasilitas & perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis & dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan; serta (bila perlu) didesinfeksi dg desinfektan yg diizinkan.

5.        PERSIAPAN WADAH DAN PENEBARAN
-         Prosedur persiapan wadah dapat menimbulkan bahaya keamanan pangan.
-         Prosedur persiapan wadah seharusnya bertujuan untuk meminimalkan bahaya keamanan pangan seperti bakteri patogen, inang perantara parasit zoonotik.
-         Prosedur persiapan yang efektif juga menurunkan resiko masalah kesehatan hewan air yang akan menurunkan kebutuhan atau penggunaan obat ikan dan penggunaan bahan kimia.
Wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih:
-         Dasar kolam seharusnya dipersiapkan dengan baik dengan pembersihan, membuang endapan serta pengeringan dasar.
-         Buangan dasar kolam harus dibuang dgn cara yang saniter, hindari kontaminasi pada air pasok atau lingkungan sekitar.
-         Dilakukan penyaringan air yang masuk ke wadah, sebelum penebaran benih.
Dalam persiapan wadah dan air, hanya menggunakan pupuk, probiotik dan bahan kimia  yang direkomendasikan :
-         Seharusnya hanya menggunakan bahan kimia yang disetujui dalam persiapan air dan tanah, serta digunakan dalam dosis dan dengan cara yang benar.
-         Seharusnya bahan kimia dan bahan lain diberikan label, dan digunakan sesuai petunjuk label.

6.       PENGELOLAAN AIR
-         Mutu air dan sedimen seharusnya dijaga pada level yang mencukupi untuk kesehatan lingkungan budidaya dengan melakukan angka penebaran benih dan pakan yang sesuai.
-         Air pasok dan keluar di wadah budidaya seharusnya difiltrasi/ saring untuk mencegah masuknya species yang tidak diinginkan termasuk parasit dalam air tawar.
Dilakukan filtrasi air atau pengendapan serta menja-min kualitas air sesuai untuk ikan dibudidayakan :
-         Air difiltrasi selama pengisian wadah budidaya sebelum untuk untuk mencegah masuknya hama/predator.
-         Tandon digunakan bila perlu untuk meningkatkan mutu air.
-         Mutu air dijaga dgn aerator pada tambak udang intensif.
-         Kotoran dibuang secara teratur
Monitor kualitas air sumber secara rutin untuk menjamin kesehatan dan kebersihan ikan yang dibudidayakan :
-         Mutu air dimonitor untuk menjamin kesehatan dan sanitasi.
-         Monitor mutu air (parameter dan frek. contoh) tergantung kondisi. Utk logam berat & pestisida min. 1 kali /th.
-         Uji mutu air pada unit budidaya memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan.
-         Rekaman mutu air seharusnya termasuk residu logam berat (Pb, Hg, Cd) dan kontaminan microba.

7.       BENIH
-         Penggunaan obat ikan dan bahan kimia selama pembenihan dapat menimbulkan residu dan beresiko pada keamanan pangan.
-         Mutu benih yang buruk dapat pula mengganggu kesehatan selama pembudidayaan dan akan memicu penggunaan obat dan atau bahan kimia.
Benih sehat bersertifikat berasal dari  hatchery yang bersertifikat dan atau memiliki sertifikat bebas penyakit dan obat ikan :
-         Benih seharusnya berasal dari hatchery yang menggunakan bahan kimia dan obat-obatan yang dapat diijinkan.
-         Menggunakan benih dari hatchery yang bersertifikat. Bila blm bersertifikat seharusnya menyertakan bukti mutu dan bebas penyakit dan antibiotik.
-         Pembudidaya harus ada kesadaran mutu benih dan memiliki rekaman ttg pemasok & jumlah pembelian benih.

8.       PAKAN
-         Pakan dapat menyebabkan masalah keamanan pangan dengan menarik datangnya hama pengerat, penanganan pakan tidak tepat atau menjadi media penular pada udang/ikan.
-         Pada usaha budidaya, selain menggunakan pakan komersial yang dijual, pembudidaya terkadang membuat sendiri pakannya.
-         Bahan baku pakan seharusnya tidak menggunakan pestisida, bahan kimia, termasuk logam berat dan kontaminan lain yang dilarang dan membahayakan.
Pakan Ikan yang digunakan memiliki nomor pendaftaran/ sertifikat yang dikeluarkan Direktur Jenderal atau surat jaminan dari institusi yang berkompeten :
-         Menggunakan pakan komersial yang terdaftar
-         Apabila membuat pakan sendiri menggunakan formula yang standar dan bahan baku yang tidak mengandung bahan terlarang dan membahayakan (pestisida,bahan kimia,logam berat dan kontaminan lain)
-         Pembudidaya menggunakan pakan yang terdaftar dari DJPB atau institusi berwenang lainnya. Nomor pendaftaran seharusnya tertulis dalam label pakan.
Pakan ikan disimpan dengan baik dalam ruangan  yang kering dan sejuk untuk menjaga kualitas mutu serta digunakakan sebelum masa daluwarsanya :
-         Pakan tidak digunakan setelah masa daluwarsanya.
-         Tidak ada bukti telah daluwarsa atau rusak.
-         Pakan selalu tersimpan dalam kemasan/wadah yang baik.
-         Pakan yang kering disimpan dalam tempat yang sejuk dan terjaga ventilasinya serta terlindung diarea yang kering untuk mencegah kerusakan, jamur dan kontaminasi.
-         Pakan basah seharusnya tersimpan dalam tempat dingin dan digunakan sesuai dengan saran penyajian.
-         Penyimpanan, kondisi transportasi dan penggunaannya seharusnya sesuai dengan spesifikasi yang ada pada label.
Pakan tidak dicampur bahan tambahan seperti  antibiotik, obat ikan, bahan kimia lainnya atau hormon yang dilarang :
Pakan buatan sendiri harus dibuat dari bahan yang direko-mendasikan dan tidak dicampur dengan bahan-2 terlarang
Pemberian pakan dilakukan dengan cara yang efisien mengikuti ratio pemberian yang dianjurkan :
-         Pemberian pakan yang baik membutuhkan air dan sedimen yang bermutu.
-         Pembudidaya menggunakan tadah pakan dan melakukan pemberian pakan yang efisien berdasarkan kebutuhan.
Pakan berlabel/memiliki informasi  yang mencantumkan komposisi, tanggal daluwarsa, dosis dan cara pemberian dengan jelas.

9.       OBAT IKAN, BAHAN KIMIA & SUBSTANSI BERBAHAYA
-         Bahaya yang berhubungan dengan obat ikan (termasuk antimikroba) dalam pembudidayaan adalah residu pada produk akhir. Penerapan CBIB seharusnya dapat menurunkan penggunaan obat ikan, dll.
-         Untuk itu perlu pengelolaan kesehatan yang efektif selama proses budidaya, dengan meningkatkan sistem keamanan hayati dan menurunkan insiden wabah dan resiko yang ditimbulkan.
-         Program preventif terhadap kesehatan ikan lebih diutamakan dari pada upaya pengobatan.
-         Hanya menggunakan obat ikan, bahan kimia dan biologis yang diijinkan (registrasi dari DJPB)
-         Obat ikan yang diijinkan digunakan sesuai petunjuk dan pengawasan
-         Obat ikan, bahan kimia dan biologis disimpan dengan baik sesuai spesifikasi.
-         Obat ikan, bahan kimia dan biologis sesuai  pada label.
-         Dilakukan test untuk mendeteksi residu obat ikan & bahan kimia dengan hasil dibawah ambang batas
-         Obat ikan, bahan kimia dan susbtansi biologi memiliki label yang jelas dan lengkap tentang komposisi, dosis, indikasi, cara penggunan, masa daluwarsa dan periode withdraw dalam bahasa indonesia.

10.   PANEN
Bahaya keamanan pangan dapat muncul dari teknik panen yang tidak sesuai, seperti temperatur yang tinggi dapat menyebabkan pembusukan produk selama kegiatan panen.
Selain itu, dari penggunaan air atau es yang tercemar dan kurang bersihnya fasilitas dan peralatan.
Kerusakan ikan selama panen dapat menyebabkan pencemaran yang mengarah kepada saluran usus   atau pembusukan produk.
Teknik panen yang sesuai akan memperkecil resiko pencemaran, kerusakan fisik dan stres ikan.
-         Perlengkapan dan peralatan mudah dibersihkan dan dijaga dalam kondisi bersih dan higienis
-         Panen dipersiapkan dengan baik untuk hindari pengaruh temperatur tinggi pada ikan.
-         Pada saat panen dilakukan upaya untuk menghindari terjadinya penurunan mutu dan kontaminasi ikan
-         Penanganan ikan dilakukan secara higienis dan efisien sehingga tidak menimbulkan kerusakan fisik

11.   PENANGANAN HASIL
Peralatan dan perlengkapan untuk penanganan hasil mudah dibersihkan dan didesinfeksi (bila perlu) serta selalu dijaga dalam keadaan bersih
Ikan mati segera didinginkan dan diupayakan suhunya mendekati 0° C di seluruh bagian.
Proses penanganan (sortir, penimbangan, pencucian, pembilasan, dll) dilakukan dengan cepat dan higienis tanpa merusak produk.
Berdasarkan persyaratan yang berlaku, bahan tambahan & kimia  yang dilarang tidak digunakan pada  ikan, yang diangkut dalam kondisi mati atau hidup)

12.   PENGANGKUTAN
Peralatan dan fasilitas pengangkutan yang digunakan mudah dibersihkan dan selalu terjaga kebersihannya (boks, wadah, dll)
Pengangkutan dalam kondisi higienis  untuk menghindari kontaminasi sekitar (seperti udara, tanah, air, oli, bahan kimia, dll) dan kontaminasi silang.
Suhu produk selama pengangkutan mendekati suhu cair es (0°C) pada seluruh bagian produk
Ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yang tidak menyebabkan kerusakan fisik atau kontaminasi :
-         Hanya  ikan dan udang yang sehat yang dipilih untuk pemeliharaan dan transportasi dalam kondisi hidup.
-         Selama transportasi stress harus ditekan dengan menjaga kualitas air dan kepadatan ikan yang optimal. Air yang digunakan untuk wadah pengangkutan, atau untuk resirkulasi selama pengangkutan atau untuk adaptasi ikan, harus sama kualitas dan komposisinya dengan air asal untuk mengurangi stress pada ikan.
-         Air tidak boleh terkontaminasi oleh kotoran manusia atupun limbah industri. Wadah dan peralatan transportasi harus dirancang dan dioperasionalkan dengan higienis untuk mencegah kontaminasi;
-         Apabila menggunakan air laut dalam wadah pengangkutan, untuk spesies yang rentan terhadap kontaminasi, air yang digunakan selama transportasi tidak boleh terkontaminasi apapun.
-         Tidak boleh melakukan pemberian pakan selama penampungan dan transportasi ikan.
-         Apabila menggunakan air laut dalam wadah pengangkutan, untuk spesies yang rentan terhadap kontaminasi racun alga,air laut yang mengandung konsentrasi alga yang tinggi harus dihindari atau disaring/filter terlebih dahulu.
-         Air tidak boleh diganti selama transportasi, idealnya menggunakan sistem resirkulasi, tetapi apabila penggantian air perlu dilakukan, maka penggantian harus dilakukan dengan hati-hati dan higienis.
-         Ikan hidup harus ditangan sedemikian upa untuk menghidari stress. Alat dan wadah transportasi ikan hidup harus dirancang untuk mendukung penangan dengan cepat dan efisien tanpa menyebabkan kerusakan fisik atau stress.

13.   PENGELOLAAN LIMBAH
Limbah (cair, padat dan bahaya) dikelola dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi
Limbah hasil pembudidayaan dan panen dikumpulkan dan diperlakukan secara higienis dan bersih. Tidak ada ikan atau udang mati yang tertinggal di Unit Usaha. Limbah yang berbahaya (tumpahan bahan bakar, bahan kimia) diperlakukan dengan aman untuk mencegah kontaminasi. Harus menggunakan fasilitas treatment / perlakuan pada saluran pembuangan.

14.   REKAMAN DAN CATATAN
Dilakukan rekaman pada jenis dan asal pakan (pakan pabrikan) serta bahan baku pakan ikan (untuk pakan buatan sendiri).
Penyimpanan rekaman penggunaan obat ikan, bahan kimia dan bahan biologi atau perlakuan lain selama masa pemeliharaan
Penyimpanan rekaman kualitas air (air sumber, air pasok, air pemeliharaan dan limbah cair) sesuai kebutuhan.
Penyimpanan rekaman kejadian penyakit yang mungkin berdampak pada keamanan pangan produk perikanan
Catatan/ Rekaman pengangkutan Ikan disimpan dengan baik, catatan harus mencakup jumlah panen, tanggal dan lokasi penjual dan pembeli.

15.   TINDAKAN PERBAIKAN
Tindakan perbaikan (atas bahaya kemanan pangan) dilakukan sebagai kegiatan yang rutin dan terkendali.
-         Sistem Mutu Unit Usaha (SOP Unit Usaha) harus menunjukkan tindakan perbaikan yang dilakukan dalam mencegah  dan mengkontrol keamanan pangan.
-         Unit Usaha skala kecil harus dapat menunjukkan bagian yang bertanggungjawab dalam menangani bahaya yang terkait dengan keamanan pangan atau menginformasikannya ketika dilakukan inspeksi CBIB.
-         Tujuannya adalah untuk menganjurkan agar Unit Usaha melakukan tindakan perbaikan sebagai bagian manajemen rutin.

16.   PELATIHAN
Pemilik unit usaha atau pekerja sadar dan terlatih (pelatihan, seminar, workshop, socialization, dsb) dalam mencegah dan mengendalikan bahaya keamanan pangan dalam perikanan budidaya.

DAFTAR SNI PERBENIHAN LELE DUMBO

DAFTAR SNI PERBENIHAN Lele Dumbo
1. SNI 01-6484.1-2000 Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas induk pokok (Parent stock)
2. SNI 01-6484.2-2000 Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas benih sebar
3. SNI 01-6484.3-2000 Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas induk pokok (Parent stock)
4. SNI 01-6484.4-2000 Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) kelas benih sebar
5. SNI 01- 6484.5-2002 Produksi kelas pembesaran di kolam Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus)